Pages

Subscribe:

Pengikut

Penghitung

Minggu, 25 November 2012

rahasia jamur membunuh katak

Rahasia Jamur Pembunuh Katak??

TEMPO Interaktif, London - Sejumlah ilmuwan akhirnya dapat menyibak rahasia dibalik kemampuan jamur Batrachochytrium dendrobatidis membunuh katak tanpa jejak.

Jamur ini, akhir-akhir ini menjadi ancaman satwa bangsa Amphibia, terutama katak, diseluruh dunia. Ratusan katak di populasi alam liar di Amerika Serikat, Amerika Tengah, Ekuador, Australia, Selandia Baru, dan Spanyol, tiba-tiba mati tanpa penyebab jelas.

Riset menemukan kematian misterius itu akibat terkena penyakit Chytridiomycosis, yaitu penyakit yang disebabkan infeksi jamur, disebut juga bakteri berspora, Batrachochytrium dendrobatidis ini.

Di Indonesia, penyakit ini juga banyak ditemukan, terutama menyerang pada katak yang hidup di perairan, diduga jamur ini tersebar melalui saluran air yang kotor dan terpolusi.

Jurnal Science baru-baru ini mempublikasikan temuan sejumlah ilmuwan tentang rahasia kemampuan membunuh dari jamur ini. Menurut Karen Lips, profesor amphibia dari Universitas Maryland, rahasia itu terletak pada kemampuan jamur ini merubah keseimbangan kandungan zat-zat elektrolit pada tubuh katak, yang kemudian bisa menyebabkan dehidrasi, yang berujung pada kematian misterius itu.

Semua itu ternyata bermula dari kulit katak. Kulit merupakan bagian penting pada bangsa Amphibia, baik yang aquatik maupun yang terestrial. Selain sebagai alat pernapasan, sehingga bisa hidup di darat dan di air, membran kulit katak merupakan pori-pori aliran zat-zat eletrolit tubuh seperti potassium dan sodium, antara didalam tubuh dan di lingkungan.

Para peneliti Australia melakukan penelitian dengan membandingkan kulit dari katak hijau (Litoria sp.) yang sehat dan yang terserang penyakit Chytridiomycosis, dan menemukan pori-pori kulit katak yang sakit ternyata jadi menyempit ketika dihinggapi serangan jamur Batrachochytrium dendrobatidis.

Sampel dari darah dan urin katak yang menderita Chytridiomycosis ternyata juga menunjukkan kadar kandungan Sodium dan Potassium yang lebih rendah dibandingkan yang sehat, bahkan tak ada setengahnya. Pada makhluk hidup selain katak, misal manusia, kekurangan kedua zat eletrolit ini sudah bisa menyebabkan rawan terkena serangan penyakit jantung.

Percobaan pada katak yang terkena Chytridiomycosis dengan pemberian obat doping yang dapat menyuplai keseimbangan elektrolit, terbukti bisa menolong katak hidup selama beberapa jam, sebelum akhirnya juga mati akibat dehidrasi dan pengaruh obat yang habis.

Para peneliti pun kini sedang meneruskan risetnya, kenapa kehadiran Batrachochytrium dendrobatidis ini, membuat daya transfer terhadap Sodium dan Potasium menjadi berkurang, apakah merusak sel-sel kulit katak atau menghalangi penyerapan saja, atau jamur ini menjadi bersifat parasit pada tubuh katak.
Kiat para pecinta katak selama ini, yang memberikan zat kimia Chlorampenichol untuk membunuh serangan Batrachochytrium dendrobatidis, dengan cara katak direndam pada air yang mengandung zat tersebut selama beberapa jam, dikritik sebagai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ekologi. Senyawa Chlororampenichol merupakan salah satu jenis desinfektan yang berbahaya dan berdaya letal tinggi terhadap lingkungan. Sejenis pestisida yang berbahaya bagi lingkungan alami.

Para peneliti kini tengah mencari cara lain yang lebih aman, untuk melindungi katak dari kematian massal akibat Chytridiomycosis. Para peneliti meyakini ada jamur atau bakteri jenis lain yang juga hidup di kulit katak yang bisa memberikan mekanisme pelawan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh jamur ini, dengan rekayasa genetika, diharapkan DNA bakteri itu bisa dikloningkan pada Batrachochytrium dendrobatidis sehingga bisa dihasilkan antibiotiknya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar